tag:blogger.com,1999:blog-84925894229904415552024-03-13T17:45:34.583-07:00Sari's StepsRumah Sastra; Andai ilalang bisa menjawabSari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-8492589422990441555.post-86962255894183673322012-04-09T10:29:00.000-07:002012-04-09T10:30:20.704-07:00Teratai<br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<b>TERATAI<o:p></o:p></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimQHWxG-0DZX85lxKGhmbObVg9NeuqK7uutpWq08eMPjZ8t3Jo2f4VSnWaS5oqH4xt-zvjh2EoX1IbtfNqEMi-I216Zp8me4ec5K5rvU0MxUmMm0SFLrgvzJQx4adzkIazUpMB-AWiS2w/s1600/teratai1.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimQHWxG-0DZX85lxKGhmbObVg9NeuqK7uutpWq08eMPjZ8t3Jo2f4VSnWaS5oqH4xt-zvjh2EoX1IbtfNqEMi-I216Zp8me4ec5K5rvU0MxUmMm0SFLrgvzJQx4adzkIazUpMB-AWiS2w/s320/teratai1.png" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>From : Anjar<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>Ran, gmn kbr Rafael, kt Lily dy flu ya. Jgn lupa ksh obat, klo bandel
bw sini aj dperiks<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<o:p><br /></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana menutup kembali Blackberry
sliding-nya setelah membaca pesan dari Anjar tanpa ada niat membalasnya.
Palingan juga dia bakalan nge-ping sehabis melihat pesan yang dia kirim berubah
dari ‘D’ menjadi ‘R’ tanpa ada respon. Mungkin dia akan melakukannya hingga
puluhan kali seperti yang dulu selalu dia lakukan dan hanya akan berhenti
setelah Kirana membalas paling tidak satu kata. Dulu dia selalu khawatir karena
hal ini akan berakhir dengan pertengkaran tapi sekarang dia tidak peduli. Toh
sejak dia dan Anjar bercerai, dia tidak harus lagi mengikuti sikap Anjar yang
berlebihan terhadap dirinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Sikap berlebihan itu mungkin bisa
diterima olehnya, tapi Kirana mulai tidak bisa menerima ketika Anjar menerapkan
sikap itu pula pada Rafael, anak mereka satu-satunya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br />
<a name='more'></a>Rafael harus sempurna, harus juara
satu, harus nurut, harus jaga manner, harus tenang, harus diam, dan seterusnya<i>. He such a perfectionist person</i>, kadang
Kirana tidak habis pikir, Anjar adalah seorang dokter spesialis paru yang sibuk
dengan begitu banyak pasien. Dokter sempurna yang pengertian dan baik hati,
motivator bagi pasiennya<i>, then he just
can’t how to motivating his own wife and son</i>, selain membuat keduanya
tertekan dengan tuntutan sana sini tanpa memenuhi tuntutan sang istri dan anak
laki-lakinya yang membutuhkan kasih sayang. Bukannya request-an yang belum
waktunya dibebankan pada anak berumur lima tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Setelah dua puluh ‘ping’</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>“Iy tau ko. Dy udah baikn, td udh mnum obat jg”<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>“Lg dmana?”<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>“D RS. Ad lahiran td”<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>“Loh, g ad prwt lain. Rafael sp yg jg”<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana menghela nafas kesal,
hampir mendengus “<i> Kenapa baru sekarang
ributnya, dulu waktu masih serumah sebagai keluarga kamu kemana</i>” bisik
Kirana dalam hati.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>“Lily bantuin jg”<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana langsung menutup aplikasi
pesan blackberry-nya berharap pembicaraan sia-sia ini tidak berlanjut. Sesaat
sebelum dia memencet tanda telepon merah untuk meng-off-kan hapenya, pesan baru
masuk lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>From : Ilham<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>Syg, aku dah drumah, kamu g ad. Ad lahiran lg drumah skt ya?<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Untunglah bukan Anjar yang
mengajak bertengkar ‘lagi’. Pesan terakhir itu membuat dia lega sekaligus
merasa tidak enak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Iy Ham, maaf ya’<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Iyeh g pp lg. Aku lg asik maen ma Rafael jg ni. Seneng dy ad tmen maen
yg seumuran’<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Seumuran pala mu’<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘:D’<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Otw. Bntar lg ko’<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Karina menutup kembali
blackberry-nya dan memasukannya ke dalam tas. Dia meraih jaket yang tersampir
di ruang perawat sambil berpesan pada Hana untuk menggantikan tugasnya menjaga
bayi laki-laki seberat 3 kilo yang dirawat di ruangan opname bersama ibunya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Han, aku tinggal ya” ucapnya lalu
menunggu anggukan Hana dan berlalu “Eh, jangan lupa diawasin ya, dokter Ridwan
masih diluar, takutnya bayi tadi kenapa-kenapa. Nangisnya telat tadi soalnya”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Iya ah, pulang sana” Hana tertawa
sendiri melihat tingkah Kirana yang tidak pernah bisa berhenti khawatir “Kaya
aku sendiri aja disini. Banyak dokter muda yang siap bantuin noh” tunjuknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana berjalan menyusuri koridor
rumah sakit dengan sangat terburu-buru. Pikirannya tercampur baur antara si
bayi yang terlambat menangis setelah lahir dan anaknya sendiri yang hari ini
saja bersinnya sudah puluhan kali sampai bosan menghitungnya. Dia selalu saja
khawatir dengan anak-anak disekitarnya. Dia menyukai anak kecil dan jiwa
keibuannya selalu saja terpanggil ketika tangisan-tangisan anak kecil merasuk
telinganya<i>. Make the baby’s crying stop
is heaven for her</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Sayang sekali kecintaannya pada
pekerjaan dan anaknya tidak didukung dengan keadaan keluarga yang baik. Tiga
tahun sudah dia berpisah dengan suaminya, seorang dokter spesialis paru bernama
Anjar, karena hal umum yang sulit ditoleransi. Sikap dan prinsip. Perjuangannya
untuk tetap bertahan sendiri bersama anak satu-satunya membuat dia menjadi wanita
yang kuat dan dicintai banyak orang. Cukup setimpal dengan apa yang hilang. Entahlah.
Dia selalu mencamkan itu cukup setimpal, tapi hati kecilnya masih terusik
ketika melihat mata Rafael yang mencari-cari sosok sejenis dia, sosok seorang
laki-laki.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Ilham tiba-tiba lewat dibenaknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Dia mengambil blackberry-nya dan
mengirim sebuah pesan sebelum memberhentikan taksi dan masuk kedalamnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Ham, maaf ya’ -D-<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
**</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Gimana sama hotel kamu. Udah
balik lagi?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Udah stabil ko. Ilham gini. Jago
tau” Ilham menyombongkan diri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Ilham memiliki sebuah hotel yang
dia rintis dari dasar sama-sekali hingga sekarang menjadi sebuah hotel bintang
lima terkenal. Beberapa waktu yang lalu, isu kenaikan bahan bakar dan mata uang
yang tidak stabil membuat usahanya terkena ombak kecil tapi seorang Ilham
sangat terampil untuk merakitnya kembali.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Bagus deh kalo gitu” Kirana
beranjak dari sofa “Mau kopi lagi?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ga deh” sahut Ilham. Dia
memandangi Kirana yang masih berjalan menuju sofa dekat Ilham, meraih Rafael
yang tertidur bersama lembaran-lembaran kertas bergambar dipangkuan Ilham “Tadi
dia main apa sama kamu?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ngegambar aja. Aku ada baca,
katanya menggambar meningkatkan kreatifitas dan memaksimalkan kerja otak gitu,
jadi tadi aku ajak dia gambar deh. Lagian Lily juga keliatan kasian banget.
Anak kamu nih gak jauh beda sama ibunya, kaya bebek lari-larian sana sini” dia
tertawa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Dasar” Kirana berpura-pura marah.
Namun jauh dalam hatinya, itu adalah ucapan apa adanya yang hangat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Eh mau angkat Rafael? Sini biar
aku” Ilham menggendong Rafael masuk ke kamarnya, menyelimutinya dan
meninggalkan Kirana bersama Rafael sesaat. Memberikan waktu untuk ibu dan anak
itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Setelah sepuluh menit, Kirana
keluar dari kamar Rafael. Ilham bersiap pulang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ran, besok sibuk gak?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Enggak, kenapa?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ke Teratai mau gak? Mas Indra
sama istrinya lagi liburan trus mampir gitu”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ke tempat kerja kamu?” Kirana
mengerutkan kening. Mendengar Teratai saja, nama hotel bintang lima milik Ilham
sudah membuatnya sedih, apalagi harus bertemu dengan semua orang dan Mas Indra
beserta istri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Pertama kali (dan terakhir kali)
Kirana ke Teratai, semua mata menatapnya. Bisikan-bisikan halus gunjingan orang
mengusiknya. Bagaimana tidak, Ilham seorang pengusaha hotel bintang lima
sukses, seorang pengusaha muda yang menjadi panutan, memiliki kekasih seorang
perawat rumah sakit biasa, janda, punya anak pula. Lengkap. Gimana gak gatal
mulut orang untuk menggunjing.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Awalnya Kirana berusaha tahan,
tapi kemudian dia sempat dengar kata-kata istrinya Mas Indra, kakak Ilham,
tentang dirinya kepada suaminya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Kenalin, ini Kirana” ucap Ilham
waktu itu. Mas Indra menyambut salaman itu dengan hangat begitu pula istrinya,
Dian. Namun kemudian ketika dirinya cukup jauh, angin membawa bisikan Dian.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
‘Itu ya mas. Tapi kok kasian sih
si Ilham. Ga ada ya yang belum jebol. Ada bonus gitu lagi’ bisiknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Sakit!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
‘Hush, jangan ngomong gitu. <i>She is the best nurse, and I know she’s best
for my brother</i>’</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Malah makin sakit!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana dipenuhi perasaan bersalah
yang disadari oleh Ilham.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Kenapa sayang?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Aku gak bisa”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Kenapa? Aku jamin, Mbak Dian ga
akan keceplosan lagi ko. Maafin dia ya”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Aku gak marah sama Mbak Dian. Dia
bener, aku marah sama diri aku sendiri”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Aku seneng ko. Kenapa harus takut
omongan orang lain”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Aku udah berusaha berpikir kaya
gitu Ham, tapi..”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Coba liat sini” Ilham memaksa
Kirana menatapnya. Dia menangkupkan kedua telapak tangan di kedua pipi Kirana.
Hangat “Lihat aku. Si Ilham yang muda, yang berprestasi, yang ganteng” sekilas
dia tersenyum sombong, lalu berujar kembali “Si Ilham yang kekanak-kanakan,
yang manja, si anak bungsu yang cengeng. Kamu tahu, sebelum ini kita sama-sama
bersama orang lain tapi ketika aku sama kamu. Si Kirana yang bawel, ibu-ibu
yang sayang banget sama anaknya, suka cerewet apa aku udah sikat gigi apa
belum, yang paling repot pas aku bersin cuma sekali, yang suka marah-marah kalo
aku lupa sama jadwal rapat sama klien atau tamu luar negeri yang review hotel,
yang gak pernah berhenti ngoceh kayak nenek-nenek, trus si Kirana itu punya
anak, namanya Rafael, lucu, imut, pinter, nakal juga, suka maen, suka
berantakin kamar, suka lempar gayung kalo lagi mandi sama sikat gigi<i>. Both of you just lovable</i>. Sebelum ini
aku punya pacar dan mereka gak pernah sama kayak kamu. Ketika aku liat kamu,
lalu aku liat Rafael, saat itu aku tahu, cuma kamu yang bisa sabar buat terus
sama aku”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana <i>Speechless.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Iya, setimpal. Semua kenangan
buruk itu terbayar dengan kebahagiaan Rafael, teman-teman yang mendukung dan
mengerti keadaannya, dan Ilham.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Tuhan memberi lebih dari yang dia
harapkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Besok, ke Teratai ya” bisiknya
lagi. Kirana mengangguk.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
**</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Rafa, sayang. Aduh. Sini dong,
makan dulu. Lepas dulu mobilnya” Kirana berlarian kesana kemari mencoba
mengejar lelaki kesayangannya agar membuka mulut dan menelan sup sayur yang dia
buat subuh tadi. Blackberry-nya berbunyi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Sayang aku jemput ya. Sama Rafael
juga”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Loh ajak Rafa juga?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Iyun”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana mulai lemas.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ma” Rafael menyerah sendiri
ketika mendapati ibunya berhenti mengejarnya. Dia membuka mulut pasrah
membiarkan sesendok sayur terakhir masuk perutnya. Dia tersenyum, sepasang
lesung pipi yang manis muncul seperti bulan dan matahari terang bersebelahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana memeluknya erat “Mama
sayang Rafa”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ran” kamu percaya gak? Semua orang
menunggu kamu, mengharapkan kamu. Kalimat panjang itu terpotong menjadi hanya
sapaan “Ran”dan sisanya terucap lewat matanya. Kirana memilih pura-pura tidak
melihat dibandingkan berharap.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Berpikir semua orang mengharapkan
kehadirannya, baginya itu terlalu berlebihan. Namun Ilham tidak lelah
menunjukan pada Kirana dan semua orang bahwa pilihannya benar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Iya, Ham”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ayo”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Tapi aku takut banget Ham”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Kenapa lagi sayang?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Disini aja deh ya, ga usah pake
kenalan dan bawa-bawa Rafael”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Harus dong, biar mas Indra
kenalan, Mbak Dian ketemu, trus cerita-cerita ke Mama dama Papa dan keluarga
disana”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Lalu membuat mereka kecewa Ilham?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Kamu tau gak Ran, dulu ada yang
pernah nanya sama aku. Ham kok kamu mau sih sama Kirana, yang cantik sekarang
kan banyak?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Coba deh kamu pikir, gimana
perasaan aku mendengar pertanyaan itu. Kita sama-sama sedih dan berusaha
berjuang disini, kamu gak sendirian. Aku juga merasa kaget, sekaget kamu,
mungkin lebih kaget. Seperti kamu menerima dihina tetapi kamu tidak terima
Rafael dihina, aku juga gitu, aku terima dihina, tapi rasanya marah banget kalo
orang hina-hina kamu seakan mereka lebih kenal kamu dari aku”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Trus kamu jawab apa?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Diem aja”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Bohong” sanggah Kirana. <i>Kamu bukan tipe yang diam setelah
dibombardir pertanyaan frontal.<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Ilham tersenyum lagi mendapati
Kirana selalu bisa menebak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Yah, aku cuma nanya balik aja”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Kamu punya pacar gak? Secantik Kirana gak? Kalo lebih cantik, apa dia
sebaik Kirana? Kalo lebih baik, apa dia pinter masak kayak Kirana? Kalo iya,
Apa dia dan kamu punya kesamaan yang membuat kalian selalu bahagia kayak aku
dan Kirana ketika mendengarkan Jazz dan piano bersama secangkir kopi? Apakah
dia sepintar Kirana dalam merawat anak? Apakah dia sekuat Kirana yang selalu
tahan mendengar orang-orang menghina dia? Apakah dia seperti Kirana yang lebih
peduli pada jani-janji rapat dan pekerjaanku dibandingkan aku sendiri terhadap
pekerjaanku? Apakah pacarmu mementingkan dirinya sendiri? Satu-satunya hal yang
Kirana tidak pernah lakukan’<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ada banyak hal yang tidak mereka
tahu dan membuat mereka menelurkan penilaian amat mentah. Kalo orang kayak gitu
jadi pengusaha atau kerja di perhotelan pasti bangkrut” selorohnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Keberanian itu muncul lagi, Kirana
ikut Ilham sambil menggendong Rafael bersamanya. Pergi menuju Teratai.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Mata-mata menatapnya tiada henti.
Tatapan senang, excited, sedih, tapi paling banyak tatapan menghakimi yang
ditutupi dengan senyuman palsu. Untung mereka hanya karyawan biasa, jadi mereka
tidak berani bertanya macam-macam tentang wanita dan seorang anak kecil yang
dibawa Ilham.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ini Kirana” ucapnya spontan
menyadari tatapan penuh tanya semua karyawannya “Kalian harus tahu sepertinya”
dia tersenyum tegas “Dan ini Rafael, lucu kan dia?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ih iya, imut banget” bisik sebuah
suara.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Eh itu ya, ada anaknya. Wah”
bisikan lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Apa maksud ‘wah’ itu?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
-----</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Itu yang aku denger Ly, gimana
sama yang gak aku denger, gimana sama yang ngomong kemana-mana tapi aku gak
tahu. Rasanya kayak bom waktu Ly, tiba-tiba udah mau meledak dan ngancurin
perasaan aku” hanya beberapa menit setelah perkenalan itu, Kirana membiarkan
Ilham menggendong Rafael dan dia pergi dari sana, bersembunyi di sebuah taman
halaman belakang hotel agar Rafael tidak melihat ibunya yang bawel, sedih,
tersedu. Suasana sepi saat itu, Kirana memilih duduk dikursi dekat danau dan
curhat via telpon dengan Lily yang langsung memutuskan untuk menyusul Kirana
kesana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
**</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Kirananya mana?” Dian mendekati
Ilham, menanyakan keberadaan Kirana antusias.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ada apa memangnya Mbak?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Aku mau ketemu Kirana”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Tumben”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Jangan gitu ah. Mbak minta maaf
soal dulu itu. Mbak gitu, itu spontan Ham, habis itu Mbak ngerasa bersalah
banget juga”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Iya, ga apa kok Mbak, ga ada yang
marah” Ilham mencoba mencairkan suasana dengan senyumnya “Gimana keadaan ka
Giska sama anaknya”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Sekarang baik Ham. Makanya juga
Mbak mau ketemu Kirana. Ka Giska cerita ke Mbak, anak pertamanya itu kan baru
lahir padahal Ka Giska nikahnya udah lima tahun, jeda lebar kan tu, jadi kata
dokter riskan banget makanya dia kesini buat perawatan, total banget. Trus dirumah
sakit, selain dokter ada juga perawat yang ngerawat dia, telaten banget, Kirana
Ham. Mbak langsung ngerasa bersalah banget sama Kirana”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Senyuman masih terus menempel di
wajah Ilham “Iya Mbak, dia suka banget sama anak kecil”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ini Rafael?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Iya”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Lucu, mirip mamanya” bisik Dian
tulus.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Dia menatap ponselnya dan
mengirimkan pesan kepada Kirana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
**</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Kalo misalnya kamu kelas enam SD
trus ujian dikasih soal kelas empat SD kan gampang banget, langsung lulus gitu.
Kalo ujiannya susah berarti<i> you have high
grade for yourself</i>. Luluslah, kamu bakal dapet ujian yang lebih susah lagi,
susah lagi”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Kirana hanya terdiam di bangku
taman, menelaah apa yang dibilang Lily sambil menatap bunga teratai yang
mengapung di danau.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Yang penting Tuhan selalu sama
kita, sama kamu”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Sok bijak kamu Ly”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Iya dong. Lily, nih aku <i>long distance</i> sama laki tetep aja
positif kan. Toh di Jerman dia gak bakal nemu cewek Asia tulen putih dan cantik
kayak aku, baik hati, pinter ngasuh anak, bersuara merdu. Dia nyeleweng disana
sama aje buang berlian buat sebongkah batu”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Ciehhh” Kirana mulai lupa dengan penyebab
dia hampir menangis</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Haha, yaudah mikir gitu juga
dongs. Janda, kan ga apa apa, cantik gini, sekseh. Punya anak juga ga apa-apa,
lucu gitu anaknya. Orang yang punya anak jelek aja bangga sama anaknya biarpun
cuma pinter main cilukba. Biar cuma perawat, perawat itu kerjaan hebat loh,
jangan remehin, bantuin orang sakit jasanya banyak. Biar digunjing orang,
kamunya kan gak gunjing orang sayang. Lagian Ilham masih cakep kan, yaudah,
bawa ketawa aja ya cantik” Lily mencubit pipi Kirana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Dia kemudian iseng mengecek
kembali blackberry-nya. Sepi. Dia kemudian tergerak untuk membuka akun yang
sudah sangat lama tidak dibuka olehnya. Ingin melihat apakah ada sesuatu yang
penting, sekedar menengok Timeline dan melihat yang sedang tren lalu kembali
menutupnya. Niat awalnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Kaka Kirana. Sakit ya?’ from : <b>@Iren</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Kirana sayang, si bayi 3 kilo
udah bisa pulang loh, sehat banget, tapi kata mamanya dia kangen kamu, cepet
sembuh yah’ from :<b> @Hana</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>‘Ka, ini Dewi kaka. Ponakan
kesayangan om Ilham lohhh.... Kaka mau dipanggil tante kapan nih #kode’ from : <b>@Dede_Wiwi</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<i>From : <b>@DianIndra </b>‘Ran. Maaf ya’</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Mata Kirana tidak berhenti membaca
pesan yang seakan tidak berhenti memberinya semangat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Lily kemudian ikut duduk sambil
tersenyum kecut pada Kirana yang matanya memerah “Tuh kan. Kita semua sayang
dan peduli sama kamu. Mereka ngomong gitu juga kalo gak dianggap ntar capek sendiri.
Kamu punya kita semua, semua pengen jadi kamu loh Ran, si mama cantik yang
bawel” Lily lalu memeluk erat Kirana penuh sayang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Iya, gak ajak-ajak” Ilham teriak
dari seberang danau. Matanya cemburu pada Lily yang memeluk Kirana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
“Udah, cemburu sama Rafael aja,
gak usah Lily juga deh”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
Ilham hanya terkikik seperti anak
kecil. Selucu Rafael.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<i>The old quote says : Don’t judge people by
the cover<o:p></o:p></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<i>The worst is, when the people judge other
even without check out how the cover is<o:p></o:p></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<i>Tidak perlu saling menunjuk siapa yang benar
dan yang salah. Perjuangankan, cukup. Dia akan muncul dengan sendirinya. Tuhan
Maha Adil.<o:p></o:p></i></div>Sari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8492589422990441555.post-5940232343316998562011-12-09T08:55:00.001-08:002011-12-09T09:07:08.434-08:00Tipu Muslihat<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS4ASbqjl8KobKHg5TThCTQdgzhnIKtWEsYgmf7YMEJaE6XO4h3fR7sbsMPNENdlkUyJK01m9spIdLw5PjB5s1kHh6OoAapqSUwNpp2jSLi_K6rf5zrPw57aYN5JlwGDdoyZrFoYMLCrU/s1600/Nosferatu-Shadow.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="141" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS4ASbqjl8KobKHg5TThCTQdgzhnIKtWEsYgmf7YMEJaE6XO4h3fR7sbsMPNENdlkUyJK01m9spIdLw5PjB5s1kHh6OoAapqSUwNpp2jSLi_K6rf5zrPw57aYN5JlwGDdoyZrFoYMLCrU/s200/Nosferatu-Shadow.jpg" width="200" /></a>Kaki kecil itu menaiki anak tangga<br />
Gemeretak yang tak bisa dihindari ketika pelan dia terinjak<br />
Matanya menatap langit-langit laba<br />
Anak kecil yang penasaran ketakutan<br />
<br />
Turun dan lari ataukah terus naik?<br />
Dia terus naik<br />
Anak yang pemberani<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Kaki kecil itu masih menjejak<br />
Anak tangga itu masih bergemeretak<br />
Gumpalan sarang semakin mendekat<br />
Sebuah alunan musik langsung cemar hikmat<br />
<br />
Awalnya kukira ini kisah horor<br />
Ternyata hanya anak kecil yang terlalu ingin tahu<br />
Aku pikir ini kisah tentang aku<br />
Ternyata hanya sebuah episode dimana aku duduk dengan popcorn dan seseorang disampingku<br />
Lalu semuanya menghilang seiring episode itu berlalu<br />
<br />
Awalnya kukira ini kisah horor<br />
Yang ketika pintu dibuka sebuah bayangan hitam menerjang<br />
Ternyata ini cuma kumpulan opera sabun yang lebur<br />
Seperti balon-balon yang pecah dan dinyanyikan kembali dari awal<br />
<br />
Semua film horor adalah tipu muslihat<br />
Tapi mentipumuslihatkan sebuah tipu muslihat<br />
Seperti menyuguhkan film horor tanpa hantu atau pembunuh<br />
Kosong dan aku kecewa<br />
<br />
Kamu ternyata hanyalah tipu muslihat<br />
Sebuah ketakutan yang aku sukai<br />
Namun ternyata juga tidak aku sukai<br />
Menggoda dengan gemeretak anak tangga<br />
Dan hilang begitu saja tanpa klimaks ketakutan<br />
Kamu ternyata hanya tipu muslihat<br />
<br />
Aku lihat lagi kelangit-langit<br />
Sebuah wajah dengan gigi-gigi hitam tersenyum padaku<br />
Ini bukan horor<br />
Dan aku tidak takut<br />
<br />
Film berakhir, dan aku pergi dengan kebencian....Sari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8492589422990441555.post-19212707980537560022011-10-15T08:08:00.000-07:002011-10-15T08:08:30.314-07:00Sandra dan Tirta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRqmhaukMhxp9EY_J8rrLsKcRLSnHr9ovDZYGDh1WJ06AYO9w0Vf534yvmx1XQb6E6FyCNjYx0MotvQmfOxzJ_vSQ0zBI_8e-6LEwNFllX6HHP6dwmdzHDKjJD0yuaEC6N5PK8BMo3CkM/s1600/Sepasang+Anak+Berpayung+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRqmhaukMhxp9EY_J8rrLsKcRLSnHr9ovDZYGDh1WJ06AYO9w0Vf534yvmx1XQb6E6FyCNjYx0MotvQmfOxzJ_vSQ0zBI_8e-6LEwNFllX6HHP6dwmdzHDKjJD0yuaEC6N5PK8BMo3CkM/s200/Sepasang+Anak+Berpayung+copy.jpg" width="182" /></a></div>
<br />
<br />
"Satu.... Dua ...Tiga" Sandra berhitung seiring derap langkah Tirta yang berjalan risih didepannya<br />
"<i>Stop doing that!"</i> Bentaknya<br />
"Hihi..." Sandra hanya tertawa renyah<br />
"Kau jalan duluan!" paksanya sambil menunjuk arah didepannya<br />
Sandra menggeleng<br />
"Kau menggaggu sekali sih menghitung langkahku"<br />
"Aku suka berada dibelakangmu dan menghitung langkahmu, lalu mengikutinya. Bukankah itu yang selalu kita lakukan sejak kecil"<br />
"Ayolah San, <i>Seventeen years later, okay</i>!"<br />
Sandra mengerutkan dahinya. Dia terdiam.<br />
<a name='more'></a><br />
"Kesini!" Tirta menarik tangan Sandra dan memaksanya berjalan disampingnya "Berhenti mengikutiku dibelakang dan berhenti menghitung!" perintahnya lalu melanjutkan berjalan sambil menggandeng tangan Sandra.<br />
<br />
<i>Satu Dua Tiga .... </i>Sandra masih berujar dalam hati. Menghitung tiap langkah yang mereka lalui bersama. Menghitung tiap jarak punggung Tirta yang menjauh bersama waktu.<br />
<br />
Sandra suka mengikuti Tirta dibelakang dan memandang punggung Tirta<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<br />
<i>Kamu tidak akan pernah tahu seberapa jauh aku telah menghitung langkah itu. Dalam kesunyian, dari kejauhan, diantara rasa sayang dan marah, aku tetap menghitung dan berusaha mengikuti punggungmu yang semakin cepat menjauh, semakin merasa risih oleh kehadiranku dan memaksaku berjalan disampingmu.</i><br />
<br />
<i>Sandra mencintai Tirta</i><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<br />
Jam dinding menunjukan pukul 6 pagi. Geliat lembut merilekskan tubuh Sandra yang terasa seperti triplek karena ketiduran dilantai tehal dingin setelah semalaman mengerjakan tugas laporan praktikum Farmakologi.<br />
"Capeknya..." celetuknya dengan suara pecah khasnya. Dia berdiri sesaat menatap lantai yang berhamburan kertas lalu melompat-lompat sebentar untuk memaksa matanya terbuka. Tidak mempan.<br />
Dia kemudian memutuskan untuk berkompromi dengan air dingin dalam kamar mandi untuk memaksa matanya berhenti menutup.<br />
<br />
"Yeaa... Selesai!" Sandra menyusun lembaran-lembaran kertas yang terpisah dan menjilidnya menjadi satu dalam sekejap lalu bersiap pergi kekampus.<br />
Dia memilih baju terbaik yang sudah dia siapkan malam sebelumnya, memakai bedak dan sedikit riasan, lalu minyak wangi kemudian berputar sebentar.<br />
"<i>Perfect</i>!"<br />
<br />
"Hay Sandra, cantik sekali hari ini" Indri memujinya<br />
"Terima kasih" jawab Sandra sumringah. Dia lalu berjalan mantap menuju ruang kelas tanpa menunduk sama sekali.<br />
<br />
<i>Sandra sudah berubah</i><br />
<br />
"Hay Tirta" sapanya saat melihat Tirta duduk dikursi dekat tangga mengobrol dengan Nandra "Hay Nandra" sambung Sandra.<br />
Langkah kaki Sandra terhenti sejenak "Aku duluan ya" ucapnya lalu memaksa kepalanya berbalik kedepan dan menahan diri agar tidak berbalik.<br />
Sandra akhirnya tidak kuat dan berbalik. Hatinya sesak menatap Tirta yang masih duduk tenang dikursinya. Sandra menangkap ujung mata Tirta yang melirik padanya.<br />
Sandra berharap Tirta bisa melakukan hal yang sama. Berjalan dibelakang melindunginya seperti yang dulu dia lakukan. Tapi tidak akan pernah ada yang bisa melakukan hal yang Sandra bisa lakukan. Hanya Sandra yang bisa lakukan itu.<br />
Sandra berjalan kelantai tiga sambil berusaha untuk tidak bergumam menghitung anak tangga. Langkah kakinya semakin berat tapi dia mencoba berubah.<br />
<br />
Tirta baginya adalah segalanya. Sahabat yang berharga. Dan dia harap Tirta juga seperti itu.<br />
Tapi pilihan hidup menjauhkan mereka ....<br />
<br />
<br />
<i>Saat bertemu denganmu rasanya aku seperti menemukan mata airku maka ketika kehilanganmu rasanya seperti aku tidak akan pernah lagi melihat setetespun air didunia ini</i><br />
<br />
<i>Sandra akan tetap mencintai Tirta</i><br />
<br />
Sandra berbalik sekali lagi dan mendapati Tirta telah menghilang dari balik punggungnya.<br />
<br />
<i>Ketika dia berjalan terlalu cepat aku selalu takut aku akan hilang dibalik punggungnya. Ternyata dialah yang menghilang dibalik punggungku. Bukan karena aku tiba-tiba berjalan lebih cepat tapi karena dia memilih berhenti untuk berjalan dan aku tidak.</i><br />
<i><br /></i><br />
<i>Kami tidak lagi beriringan.</i><br />
<i><br /></i><br />
<i>Tapi Sandra akan tetap mencintai Tirta</i>Sari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8492589422990441555.post-47500330385481804082011-10-05T07:40:00.000-07:002011-10-05T07:42:03.022-07:00Metafora Seorang Kekasih<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Hati dan akal
berkelahi</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Berjibaku emosi
tanpa ada yang mewasiti</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Saling melawan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Semakin rawan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Panggilan cinta
itupun mengundangnya kembali untuk berkata-kata<a name='more'></a></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Bersyair tentang
rindu dan cinta</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Bersyair tentang
sekam bunga yang ingin mekar</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Dan tertawa dalam
tekanan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Dan menangis
setelah pertemuan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Setiap pagi</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Kadang malam</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Kala rindu tak
tertahan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Kala cinta semakin
aneh tuk dibiarkan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Tanpa niat hiperbola</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Pengorangan-pengorangan
dalam kata itu mulai mengalir</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Metafora mulai
berkuasa dalam gurindam rasa</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Nafas diksi
pleonasme terdengar bengis di sajaknya</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Maka siapa yang
tak tersanjung</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Tak merasa
istimewa akannya</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Mengalun malu
namun pasti</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Dalam syair dalam
puisi…</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-US">Segalanya
terdeskripsi.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-US">[ditulis sekitar dua setengah tahun lalu, ketika aku kelas 2 SMA. Inilah gaya tulisanku waktu itu,rasanya anak-anak sekali ya hihi]</span><i><span lang="EN-US"> </span></i></div>
Sari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8492589422990441555.post-80502175319330401692011-10-04T09:24:00.000-07:002011-10-04T09:42:45.053-07:00KISAH SEPASANG SEMUT<br />
<div class="MsoNormal">
<i>Pada suatu hari mereka dipertemukan. Dan dihari lain mereka
dipisahkan. Bukan oleh siap-siapa, tapi oleh takdir yang sebelumnya mereka coba
lawan.</i></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieXGb5MoH77I-cKmv0qzMDYDcqCnAE-KvgWq9_EKp_SMEERO75uOk5qvlJNWGNOQWFO0Kcxpi5RwIHXnHMiJBLxT3wivz8Le-y7inZfbWz-YGqSrlJE_dQlJsrCmLa4pkcqU6fA2nKDEE/s1600/Semut+Terbang.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieXGb5MoH77I-cKmv0qzMDYDcqCnAE-KvgWq9_EKp_SMEERO75uOk5qvlJNWGNOQWFO0Kcxpi5RwIHXnHMiJBLxT3wivz8Le-y7inZfbWz-YGqSrlJE_dQlJsrCmLa4pkcqU6fA2nKDEE/s200/Semut+Terbang.JPG" width="154" /></a><o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Namanya Ant, dia adalah seekor semut bersayap.</div>
<div class="MsoNormal">
Namanya Ants, dia adalah seekor semut hitam.</div>
<div class="MsoNormal">
Mereka bersama dilubang yang sama. Bersahabat dan mencari
gula sambil tertawa. Persahabatan yang membahagiakan meskipun keduanya berbeda.</div>
<div class="MsoNormal">
Pada suatu malam dibawah cahaya bulan yang remang-remang bak
lampu neon lima watt yang hidup segan mati tak mau, Ants mendekat pada Ant. Dia
tersenyum seperti seorang malaikat yang sangat menyentuh hati.</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<a name='more'></a>Ants berbisik pada Ant “Ant, aku sayang padamu. Kamu sahabat
yang baik. Aku ingin bersamamu”</div>
<div class="MsoNormal">
Ant tersenyum membalasnya. Kedengarannya sempurna, bagi Ant
kalimat itu rasanya seperti sebuah jawaban dari harapan-harapan yang dibuat Ant
tiap malam dia berdoa, jawaban dari tiap potong gula yang dia persembahkan
untuk Tuhan “Aku juga sayang Ants” jawabnya.</div>
<div class="MsoNormal">
Hening sejenak. Ant merenung sambil mengepakan sayap.
Menatap pada sayap tipis rapuh berkilau yang terlihat seperti lembaran permata
dibawah sinar rembulan.</div>
<div class="MsoNormal">
“Tapi Ants, kita berbeda. Semakin kau bersamaku maka kau
akan semakin jauh dengan kumpulanmu. Kau tidak bisa hidup tanpa kumpulanmu”</div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tidak tahu. Aku bingung” jawab Ants polos</div>
<div class="MsoNormal">
“Haruskah aku pergi dari lubang ini agar kau bisa kembali
bersama mereka?” Ant mengepakan sayap bersiap terbang pergi.</div>
<div class="MsoNormal">
Ants memalingkan muka “Tidak apa jika Ant mau pergi dari
Ants, Ants tau, Ant pasti tertekan berada dilubang kecil ini bersama Ants
ketika Ant mampu terbang mendekati
rembulan. Ant boleh pergi, tapi itu akan sangat menyakiti hati Ants” bisiknya</div>
<div class="MsoNormal">
Ant membatalkan kepergiannya “Asalkan Ants senang, Ant akan
tetap disini” Ant memeluk punggung Ants penuh sayang “Kita akan tetap
bersahabat” bisik Ant lembut.</div>
<div class="MsoNormal">
Rasanya hari demi hari begitu sempurna, Ant dan Ants menjadi
dua orang sahabat yang tidak terpisahkan. Ants tidak peduli lagi dengan
kumpulannya, dia tak pernah berpikir ingin kembali ketempat seharusnya dia
berada, dan Ant tidak peduli dengan sayapnya, dia tidak pernah berpikir untuk
pergi jauh selagi dia bisa. Keduanya saling membutuhkan dan mereka menolak
menjadi apa yang seharusnya ditakdirkan untuk mereka hanya demi agar mereka
bisa bersama. Bagi Ants dan Ant itulah arti persahabatan.</div>
<div class="MsoNormal">
Tapi …..</div>
<div class="MsoNormal">
Ant mendekati Ants yang sedang mengorek sebuah tebu mencari
serpihan gula yang masih tersisa, setetes rasa manis diantara tanah-tanah pahit
atap mereka “Ants, kau tidak ingin kembali? Kau lihat mereka mencari dan
menunggumu. Kembalilah pada mereka selagi kau bisa!”</div>
<div class="MsoNormal">
Ants berbalik sejenak “Tidak bisa Ant, Ants tidak berani
tinggalkan Ant disini. Ants tidak mampu. Kalau Ant mau, Ant saja yang pergi
tinggalkan Ants lebih dulu” balasnya</div>
<div class="MsoNormal">
Ant mulai menatap punggungnya yang mulus. Dia mengibaskan
sayapnya yang telah lama tertutup. Betapa terkejutnya Ant ketika sadar bahwa
sayapnya telah terkikis oleh waktu dan kini tinggal setengah. Setengah potong
sayap yang bahkan kehilangan kilaunya dibawah cahaya bulan. Ant akhirnya sadar,
semakin lama dia berada disamping Ants, dia semakin tidak sanggup untuk pergi
meninggalkannya. Sayapnya hancur dengan sendirinya.</div>
<div class="MsoNormal">
“Ants lihat? Ant tidak bisa pergi kemana-mana. Ant akan
tetap disamping Ants karena Ant tidak punya sayap lagi untuk pergi. Ant memilih
berada disamping Ants biarpun waktu menghancurkan Ant” mata Ant menunjukan
kata-katanya amat tulus.</div>
<div class="MsoNormal">
Ants memeluk punggung Ant dengan lembut. Ant merasa lega.</div>
<div class="MsoNormal">
Berminggu-minggu kemudian musim hujan datang. Koloni semut
hitam mulai bangun dari aktifitas membosankan mengumpulkan gula mereka dan
mereka mulai berkumpul, berbaris dalam satu lubang dan tidur menuju hibernasi
singkat untuk mendapatkan sayap.</div>
<div class="MsoNormal">
Seekor semut hitam mendapatkan sayap</div>
<div class="MsoNormal">
Dua ekor semut hitam mendapatkan sayap</div>
<div class="MsoNormal">
Puluhan semut hitam mendapatkan sayap</div>
<div class="MsoNormal">
Ratusan semut hitam mendapatkan sayap</div>
<div class="MsoNormal">
Pada suatu pagi yang cerah Ants bangun dan mendapati
punggungnya ditumbuhi sepasang sayap berwarna ungu mengkilap. Sayap terindah
yang pernah ada.</div>
<div class="MsoNormal">
Ant tertawa senang. Dia ingat pengalamannya ketika pagi
pertama dia sadar telah mendapatkan sayap “Belajarlah terbang!” bisik Ant pada
Ants.</div>
<div class="MsoNormal">
“Tidak mau” jawab Ants “Ants tidak mau terbang tinggalkan
Ant, Ant mau tetap disini”</div>
<div class="MsoNormal">
“Tapi sayap itu sayang jika tidak dipakai. Paling tidak
belajarlah terbang!” bujuk Ant</div>
<div class="MsoNormal">
Ants menurut, dia belajar. Hari pertama, kedua, ketiga, dan
seminggu kemudian Ants berubah menjadi penerbang yang mahir. Setiap kali Ants
melakukan maneuver dekat wajah Ant, Ant bertepuk tangan “Hebat, dulu aku tidak
terbang sehebat itu” teriak Ant.</div>
<div class="MsoNormal">
Ants pun mencoba naik kedaratan, keluar dari lubang untuk
sesaat ketika Ant tidur lelap. Dia takut menyakiti hati Ant yang sudah tidak
bisa terbang, Namun sebenarnya diam-diam Ant menyadari apa yang dilakukan oleh
Ants. Ant pura-pura tidak tahu tapi dimata Ants itu, Ant bisa lihat bahwa Ants
rindu koloni semut hitamnya.</div>
<div class="MsoNormal">
Ant merasa senang melihat Ants terbang kesana kemari dan
melihat dunia luar tapi jauh didalam hatinya, Ant merasa sedih dan takut,
diam-diam dia sering menangis membayangkan hari dimana nanti Ants akan
meninggalkannya selamanya. Dia menatap punggungnya lagi, sayap itu telah
benar-benar hancur, sirna ditelan waktu.</div>
<div class="MsoNormal">
Dia tidak bisa kemana-mana. Hanya meringkuk dilubang kecil
itu ditemani oleh satu-satunya sahabat tercintanya, Ants.</div>
<div class="MsoNormal">
Ants ternyata semakin senang keluar, dia mulai terbang dan
mendatangi koloninya. Sesekali dia pulang kelubang kecil di tanah basah dan
pahit itu, tapi semakin hari Ants semakin jarang pulang. Hingga pada suatu hari
Ants tidak pernah kembali lagi ke lubang itu.</div>
<div class="MsoNormal">
Ant tau hari itu akan datang, hari dimana Ants memilih
koloni dimana dia seharusnya berada. Pilihan yang benar. Ants yang telah
menjadi semut bersayap memang sudah seharusnya keluar, Ant terdiam menatap
cahaya yang menyembul dari lubang kecil itu. Sambil mengikuti iringan awan, Ant
melambaikan tangan dan berkata pelan “Dadah Ants ….” Diapun tersenyum lega.</div>
<div class="MsoNormal">
Dia kembali menatap punggungnya. Sayap itu telah kering
seperti daun yang mati. Ant tidak akan dan tidak bisa kemana-mana menunggu
seseorang menemaninya dilubang itu. Atau berharap Ants akan datang sesekali
menjenguknya dan bermain bersama untuk beberapa menit.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Seekor semut yang belum
bersayap memang akan merasa kesepian dalam dunia yang sunyi namun pada suatu
masa semut itu akan mendapatkan sayapnya untuk terbang, Hanya saja tidak
satupun semut yang tahu, apakah semut yang telah mendapatkan sayapnya dan
membiarkan waktu merenggutnya akan diberi kesempatan untuk mendapatkan sayap
yang kedua kalianya.<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Hanya Tuhan yang tahu….<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Dear Ants.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Dadah sahabatku, semoga kamu
bahagia ya. Aku senang bisa menjadi sahabatmu ketika kau kesepian. Jika nanti
kamu kembali menjengukku. Kuharap kamu datang dengan membawa sayap.<o:p></o:p></span></i></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">From your truly friend<o:p></o:p></span></i></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Ant<o:p></o:p></span></i></div>
Sari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8492589422990441555.post-54610781206918665642011-10-04T03:29:00.001-07:002011-10-04T03:29:58.119-07:00Para Pengecut Penuduh<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"><em style="font-style: italic; font-weight: inherit;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}">kabut-kabut malang yang selalu dipersalahkan ketika hati salah memandang<br />Wangi-wangi polos yang selalu dituduh ketika salah mengira<br />dan alasan-alasan yang tidak pernah tahu menahu mengapa mereka dibuat untuk menutupi kesalahan yang sebenarnya tidak perlu<br />Kasihan memang …<br />Dan biarkan malam ini mereka bersama menikmati minggu terakhir menuju minggu malang selanjutnya bersama para pengecut penuduh!</span></em></span>Sari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8492589422990441555.post-83743441413047520242011-10-04T02:43:00.000-07:002011-10-04T02:43:08.777-07:00Awan dan Kepala<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM9tpKHAV5BJnSUF0ChwlacoQneUO51hfWAWYrTE3_BrdEo44i9hzv7puY2YKPsPWhVnhwSHYTEHAyOEBjpv9q5CfeRVYxzSCKQBaYbXza8-MmbuT485AR1JlTOMl36LmujXQjT5rRDak/s1600/semut-hitam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM9tpKHAV5BJnSUF0ChwlacoQneUO51hfWAWYrTE3_BrdEo44i9hzv7puY2YKPsPWhVnhwSHYTEHAyOEBjpv9q5CfeRVYxzSCKQBaYbXza8-MmbuT485AR1JlTOMl36LmujXQjT5rRDak/s200/semut-hitam.jpg" width="200" /></a></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"><em style="font-style: italic; font-weight: inherit;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"><br /></span></em></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"><em style="font-style: italic; font-weight: inherit;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}">segumpal awan hitam menyapa kepala yang penuh benci<br />Ia kebingungan untuk turunkan hujan atau birakan petir membuat api<br />panas tapi dingin<br />dia ingin meledak<br />sekumpulan serangga bersembunyi dibalik daun</span></em></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"><em style="font-style: italic; font-weight: inherit;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"><span class="text_exposed_show"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><em style="font-style: italic; font-weight: inherit;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"><span class="text_exposed_show">membatalkan semua janji makan bersama</span></span></em></span></span></span></em></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"><em style="font-style: italic; font-weight: inherit;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"><span class="text_exposed_show">hibernasi gagal<br />kepala memilih api dan awan memilih hujan<br />panas katanya<br />dingin katanya<br />merekapun pada akhirnya kembali kerumah masing-masing</span></span></em></span>Sari Dianita Purnamahttp://www.blogger.com/profile/14480588964556217281noreply@blogger.com0